Mega : kabut menyelimuti tanah Arab


JURNALISME SASTRAWI
Mega : kabut menyelimuti tanah Arab
Lihatlah jauh
Sejauh batas anganmu
Apa yang kau cari
Telah kau miliki
Bersamamu tanpa kau sadari
Ku yakin hujan kan berhenti
Terpana indahnya mentari
Kita yang menari
Berlagu misteri yang tersingkap
Tanpa tersadari
Yang kurasakan tak mungkin ku ingkari
Dilangit ini terlukis hatiku(hatimu)
Dan birunya semakin biru
Taakan terhenti
Seluas yang tak kan terperi
Dan kurasakan memahami
Bersamamu langit amat indah
(karenamu langit amat indah)
Hidup amat indah

Lagu dari Sita dewi ini mengiringi langkah kakiku menuju kampung halaman tercinta



*
Sudah hampir 2 tahun lamanya saya tidak menginjakan kaki di kampung ini. Kampung yang saya singgahi sejak kecil, sejak saya dilahirkan. desa yang amat sangat tentram , sejuk dan banyak sekali kenangan. Tak pernah saya bayangkan akan kembali ke kampung ini setelah sekian lamanya disibukan dengan berbagai aktivitas akhirnya saya dapat menginjakkan kaki di kampung ini.

Banyaknya ladang pesawahan , Air sungai jernih yang mengalir , dan pepohonan rindang yang saya rindukan. Setelah lima jam sudah perjalanan, akhirnya, saya sampai dirumah  kakek tercinta, kini saatnya untuk istirahat sejenak.

Hari berlalu dengan begitu cepat, saya tidak mau menyia-nyiakan waktu libur panjang ini. Saya segera berkeliling untuk menemui beberapa sahabat kecil saya. Dengan langkah kecil dan ragu ragu sayapun beranjak dari rumah kakek. Gang demi gang saya lewati demi menuju rumah sahabat saya yaitu mega.

Mega adalah sahabat kecil saya, yang biasa menemani kesendirian saya waktu kecil saat ditinggalkan oleh orang tua saya apabila mereka bekerja. Mega orangnya humoris, kreatif dan pandai bergaul dengan siapa saja walaupun keadannya berbeda dengan orang lain.

Sesudahnya saya sampai rumah mega, saya tidak bisa menemui dia karena dia tetap bekerja walaupun di hari libur, akhirnya, saya beranjak ke rumah sahabat saya yang satu lagi yakni febri. Sayapun berhasil menemui febri karena dia juga kebetulan sedang libur. Sayapun diajak jalan jalan keliling kampung ini

“ sudah banyak yang berbeda kan ?” kata febri. Dari mulai rumah ,  ladang pesawahan yang luas , pepohonan rindang dan air sungai yang jernih sudah hampir nyaris tidak ada dikarenakan banyaknya pembangunan pabrik tekstil.

Kampung yang saya singgahi sejak kecil ini sudah hampir berbeda akan tetapi orang orang yang saya kenal tetap sama. Banyak orang orang baru yang saya tidak kenal. Haripun sudah sore, kini saatnya saya pulang kembali ke rumah kakek. Saat perjalanan kerumah kakek, febri mengajak saya untuk menemui pa kiyai yang mengajar saya mengaji waktu kecil dahulu.

Kesempatan ini tak saya sia siakan, sayapun bersedia dengan ajakan febri. Dirumah kiyai, saya dan febri banyak berbincang bincang dengan beliau dari mulai mengenang masa kecil dahulu hingga kesibukan masing masing sekarang. Tidak terasa haripun sudah menjelang malam akhirnya saya pulang kembali ke rumah kakek saya dan segera tidur.Saya sangat tidak sabar sekali, menunggu hari esok karena saya sangat menanti kejutan apalagi yang akan dibawakan febri setelah mempertemukan saya dengan pa kiyai.

Hari ini adalah hari ke 2 liburan saya di rumah kakek. Dipagi yang cerah ini sayapun bergegas melakukan olah raga pagi ditemani febri. Disaat perjalanan lari pagi kami tidak sengaja bertemu dengan mega. Teman yang saya cari cari dari kemarin. Kesempatan inipun tidak saya sia-siakan saya langsung membuat janji dengan beliau untuk melakukan sebuah wawancara.

Kp Jayanti  Desa Mekarsari Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung ini, sekarang  terkenal dengan daerah yang banyak pesawahan dan pabrik pabrik industry, tak hanya itu Majalaya dikenal dengan makanan khasnya es lilin dan borondong garing. Masyarakat disini sebagaian besar bekerja sebagai petani dan buruh pabrik. Tidak sedikit juga yang berangkat pergi ke Negara arab untuk menjadi TKW. Biasanya mereka adalah kaum wanita dan ibu rumah tangga yang mengadu nasib untuk memperbaiki ekonomi keluarga.

Begitupun dengan Eneng orang tua Mega, ia tergiur pergi ke negeri Arab tersebut dikarenakan banyak orang kampung ini yang menjadi TKW dan berhasil memperbaiki ekonomi keluarganya. Enengpun pergi, dengan dibantu jasa layanan penyalur TKW ia berangkat ke tanah arab dengan meninggalkan ibunya serta ke tiga anaknya.

Mega yang lahir pada 25 agustus 1994 ini hampir sudah terbiasa ditinggalkan orang tuanya, apalagi sejak adiknya dilahirkan ia sudah ditinggalkan oleh ayahnya yang menikah lagi dengan orang lain. Saat ibunya bergegas untuk menjadi TKW ke Saudi Arabia tentunya ia , kakak , adik dan neneknya sangat sedih. Akan tetapi apa daya dia tidak bisa mencegah ibunya untuk tidak pergi.

Saat ditinggalkan, mega berusia 13 tahun dan kakanya ani sekitar 15 tahun. Ani dan Mega diberi kepercayaan sama ibunya agar bisa menjaga nenek dan adiknya saat ibunya bekerja di arab. Ani dan Megapun bersedia menjaga amanat dari ibunya tersebut. Dan akhirnya ibunya pergi meninggalkan kampung halamannya ini beserta ibu dan anak anaknya. Rasa sedihpun tak terbendung lagi, disaat ibunya pergi Ani, Mega beserta nenek dan adiknya bercucuran air mata. 

Dua bulan berlalu, sebelum ibunya berangkat ke tahan arab. Ibu mereka terlebih dahulu menjalani pelatihan dari mulai bahasa dan keterampilan menjadi TKW di layanan jasa penyalur TKW yang ada di Jakarta ini. Komunikasi antara ibu dan anaknya ini tidak terhalangi karena ibunya selalu mengabari keadaaanya diasrama tersebut.

Walaupun Mega meminjam telefon rumah tetangga untuk menghubungi ibunya tersebut, mega tidak merasa malu dikarenakan hal tersebut bisa mengurangi rasa rindunya terhadap ibunya itu.

Akhirnya, setelah menjalani pelatihan dua bulan di asrama. Ibunya pun bisa berangkat walaupun sebelumnya ada beberapa kendala. Dari mulai pesawat dan lain sebagainya. Kini keluarga mega benar benar ditinggalkan keluar negeri oleh ibunya untuk bekerja.

Mendengar kabar tersebut Mega dan keluarga sangat senang karena hari yang ditunggu ibunya akhirnya terwujud. Mega dan keluarganya tidak terus bersedih. Mereka berusaha bangkit dan mulai kembali bekerja seadanya untuk makan sehari-hari. Dikarenakan uang cadangan dari ibunya sudah hampi habis.
*
Komunikasi untuk dua bulan ini sangat lancar, karena ibunya selalu memberikan kabar dan menanyakan keadaan Mega dan keluarganya yang ada disini disetiap minggunya. Walapun dengan meminjam telepon rumah tetangga mega . sesekali ibunya suka mengirim surat dan foto ia dengan keluarga tuannya di Arab dan begitupun sebaliknya Mega selalu membalasnya.
Karena pada saat tahun 2007 lalu, di kampung kami handphone belum tentu familiar seperti sekarang ini, jadi ibunya Mega memilih mengirimkan surat dan foto lewat pos walapun sebulan sekali. Itupun apabila ibunya tidak memberikan kabar lewat telefon rumah.Berbekal ijazah SMP kakanya Mega, Ani bekerja di pabrik konveksi dengan gaji yang kecil namun setidaknya ini sedikitnya bisa membantu untuk makan sehari-hari bersama keluarganya. Berbeda dengan Mega ia hanya sekolah sampai kelas 4 SD dikarenakan faktor ekonomi ia berhenti sekolah.Neneknya yang berusia hampir setengah baya bekerja serabutan dari mulai menanam padi hingga memulung padi jikalau musim panen tiba. Mega sendiri tidak bisa membantu banyak ia hanya bisa mengasuh adik bungsunya yaitu Tarlan yang berusia 2 tahun. Akan tetapi, ia juga sesekali melalukan pekerjaan yang disuruh oleh tetangganya mulai dari menggiling padi dan menjaga anak tetangga ia lakukan dengan upah seadanya.Membiasakan diri dengan seperti ini memang tidaklah mudah bagi mega dan keluarganya. Akan tetapi dengan dorongan neneknya mereka akhirnya bisa membiasakan hal ini demi menyambung hidupnya. “rasa malu dan cemoohan orang sudah saya abaikan karena tidak lagi ada yang saya bisa perbuat selain melakukan ini” kata Mega sedih.
Sayangnya pekerjaan mengiling padi dan mengasuh anak tidak dilakukan setiap hari dikarenakan tidak setiap hari tetangganya menggiling padi dan tidak ada di rumahnya untuk mengasuh anaknya. Jika sedang tidak ada pekerjaan Mega lebih sering menghabiskan waktunya mengerjakan pekerjaan yang ada dirumahnya seperti bersih-bersih rumah, menyiapkan makanan untuk kakak dan neneknya serta apabila ada waktu luang ia bermain denga teman-temannya beserta adik bungsunya untuk menghilangkan rasa penat.
Mega tak segan melakukan pekerjaan rumah ini. mega tak pernah merasa dirinya berbeda dengan orang lain. Rasa malu dan rendah diri kini tak pernah dialami dia lagi. Dengan melakukan kegiatan seperti ini. Mega merasa dirinya sangat berguna bagi keluarga. Tak hanya menjadi beban bagi kakak dan neneknya.

Sebelumya Mega juga dibekali keahlian mengerjakan pekerjaan ini oleh neneknya saat mega masih kecil. Ia diharuskan mandiri harus melakukan segala sesuatu sendiri. Alhasil dengan ditinggalkannya ia dan adik bungsunya ia dapat melakukan pekerjaan tersebut dengan baik dan sudah terbiasa sehingga sedikitnya ia bisa meringankan pekerjaan rumah yang seharusnya dilakukan nenek dan kakaknya.

*
Makanan yang disajikan Megapun hanya seadanya. Ia memasak masakan yang sudah tersedia, karena sebelum neneknya pergi ke sawah neneknya terlebih dahulu menyediakan bahan makanan untuk ia masak. Sesekali, Mega membeli lauk pauk yang siap saji diwarung dekat rumahnya . apabila nenek atau kakanya tidak sempat membeli bahan makanan  sebelum pergi bekerja sehingga ia tidak terlalu kesusahan untuk lauk pauk.
Apabila Mega kekurangan uang untuk membeli lauk pauk, ia suka meminta bantuan  kepada tetangga. Untungnya tetangga yang baik yang suka meminjamkan uang kepadanya. Sehingga, ia tidak perlu menghutang kepada warung langganannya. Dengan begitu ia bisa menyediakan lauk pauk untuk makan sore keluarganya.
*
Perjalanan Ani ke pabrik konveksi cukup jauh karena ia tidak memiliki kendaraan pribadi terpaksa ia menggunakan jasa angkot untuk dapat pergi ke tempat pekerjaannya. Setiap gaji perbulannya ia sedikitnya harus menyisihkan uang sebesar seratus ribu untuk ongkos pulang pergi. Walaupun ongkos tersebut sangat berat menurut dia tetapi apa daya ia tetap harus menyisihkan uang untuk ongkosnya tersebut.
Sesekali apabila gajinya tidak seperti yang ia harapkan karena ia kerja sebagai borongan, ia lebih memilih jalan kaki menuju tempat pekerjaannya. Karena gajinya Ia prioritaskan untuk makan dan keperluan lain di keluarganya. Sesekali juga ia dapat tumpangan dari temannya sehingga ia dapat datang tepat waktu ke tempat pekerjaannya.

*
Sudah hampir dua bulan ibu Mega meninggalkan rumahnya. Mega akhirnya dikirim uang oleh ibunya. Mega dan keluarganyapun sangat senang. Akan tetapi pada saat ibunya mau mengirimkan uang Mega sangat kebingungan karena ia tidak memiliki nomor rekening.
Alhasil, Mega mencari tetangga yang memiliki nomer rekening bank sehingga ibunya bisa mengirimkannya uang. Tidak lama setelah itu, karena Mega takut merepotkan lagi tetangganya. Ia dibantu oleh keluarga saya untuk membuat rekening bank. Sehingga apabila ibunya nanti mengirim lagi uang ia tidak repot lagi meminjam ke tetangga.
*
Setiap hari Mega dan adiknya ditinggalkan nenek dan kakanya untuk bekerja. Untuk itu adiknya Tarlan selalu neneknya tinggalkan dulu. Memang, agak sulit untuk meninggalkan si bungsu Tarlan ini karena sang adik masih berumur dua tahun dan masih meminum susu dan Tarlan juga dekat sama nenek.
Sebelum jam satu siang, ibu Eroh harus kembali kerumah, Selain ia mengecek kedua cucunya, ia juga harus membeli lauk pauk untuk ia makan malam nanti. Pada saat neneknya mau pergi, Mega harus berusaha membujuk sang adik agar neneknya bisa bekerja. Mengharapkan suatu penghasilan hanya dari usaha sang cucu tentu tidak mungkin. Apalagi gaji sang cucu tidak menentu. Sedangkan kebutuhan sehari-hari untuk makan dan susu sang cucu tidak bisa ditunda lagi.
Lagi pula pekerjaan buruh tani seperti ini sudah dilakoni nenek Mega bertahun-tahun lamanya. Tepatnya setelah ayah Mega meninggalkan ibunya.  Upahnya pun tak seberapa hanya delapan ribu rupiah perhari. Namun, sayang apabila tidak dijalani . hampir semua jenis pekrjaan sawah dijalani oleh ibu eroh ini dari mulai menanam padi , membersihkan lading padi hingga memanennya.
Sayangnya, ibu eroh tidak setiap hari bekerja ke ladang, karena banyak orang juga selain ia yang pekerjaannya sama seperti dia, belum lagi musim kering, ia tidak bisa melakukan pekerjaan sawahnya. Sehingga ia mencari sampingan seperti menyulam walaupun gajinya lebih sedikit tetapi ia tetap melakoninya.
*
Meski tak banyak uang yang dihasilkan. Menjalani pekerjaan sebagai kuli tani adalah hiburan tersendir bagi ibu Eroh. Bisa bertemu dengan tetangga yang juga seprofesi ini bisa lebih bersyukur dan sekaligus bisa melupakan sedikit kepenatan.
Apabila musim panen tiba, sesekali ia menjadi pemulung untuk mendapatkan padi untuk makan keluarganya. Hasil memulung padi neneknya ini juga terkadang banyak dan terkadang sedikit tergantung ia berkeliaran dari sawah satu ke sawah lainnya. Apabila Tarlan ada yang mengasuh terutama Ani sedang libur, Mega memilih membantu neneknya dengan memanen setidaknya dengan memanen ini padi yang ia dapat lebih banyak dari pada memulung tadi.
Dengan tenaga yang ia punya , walaupun ia masih kecil setidaknya ia dapat memanen padi dengan tiga tumbukan dengan upah lima belas kilo padi. Belum ia juga dapat uang dari tetanga yang menyuruh ia memanggul padi hasil panennya untuk dibawa ke rumah sipemilik. Karena ladang padi dengan rumah sipemilik cukup jauh.
Tidak kurang dari empat puluh lima kilo mega panggul untuk setiap sekarungnya. Ia seringkali berhenti ditengah-tengah perjalanan karena berat padi itu tidak sesuai dengan tenaga yang ia punya. Ia hanya dapat memanggul tiga karung padi disetiap harinya, belum lagi karung yang ia hasilkan dengan neneknya yang berjumlah sekitar empat karung.
  Semua lelah dan usaha Mega terbayar sudah. Mega setidaknya memiliki cukup banyak upah yang ia dapat untuk bisa mengumpulkan uang untuk susu adik bungsunya. Dan ia juga setidaknya dapat uang jajan dari hasil keringatnya sendiri.
*

Kini hampir 2 tahun sudah ibu Mega tidak ada kabar dan tidak sedikit uang ia berikan ke rekening Mega, rasa cemas rindu dan kesal menyelimuti mereka. Entah kenapa ibu Mega tidak ada kabar yang pasti Mega dan keluarganya selalu berdoa agar ibunya selamat di Arab sana.
Hampir setiap harinya ia menelepon kepada Pak Iman orang yang menyalurkan ibunya ke Arab. Tetapi jawabannya tetap sama. “ibu kamu baik baik saja kok disana, mungkin ia lagi sibuk sehingga tidak ngasih kabar” ujar Pak Iman.
Bukan karena mereka ingin ditransfer uang akan tetapi mereka hanya ingin tahu bagaimana keadaan ibunya di arab sana. Karena dibandingkan tahun lalu , ditahun ini Mega selalu memimpikan buruk ibunya.
*
Ini adalah hari raya idul fitri, hampir semua orang yang TKW pulang ke kampong halamannya. Kini tibalah sudah 3 tahun ibunya Mega tidak pulang dan tidak ada kabar. Setiap tahun Mega selalu bertanya kepada ibu Isah tetangga Mega yang TKW juga untuk menanyakan apabila ia bertemu dengan ibunya mohon sampaikan salam keluarga untuk segera pulang kerumah.
Alhasil sama saja, ibu Isah tidak pernah bertemu dengan ibunya Mega. Katanya ibunya sudah berpindah bekerja dari rumah majikannya yang dulu entah kenapa. Seharusnya di hari yang fitri ini keluarga Mega merasakan kehangatan berkumpul dengan keluarga. Tetapi sama dengan tahun tahun yang lalu ia kehilangan seorang ibu.
*
Detik menit jampun berlalu, kini Tarlan hampir dewasa ia memasuki Sekolah dasar. Tentunya Mega dan keluarganyapun harus bekerja lebih keras agar dapat membiayai sekolah adiknya dan biaya makan sehari-hari.
Seperti biasa neneknya bekerja serabutan diladang. Kakaknya Ani bekerja dikonveksi dengan gaji borongan. Mega kini bekerja dengan tidak seperti biasanya selain ia harus membereskan pekerjaan rumah, ia juga harus bekerja serabutan seperti membantu menyulam, beres beres rumah tetangga dan siap disuruh oleh tetangganya denga upah yang tak seberapa. Tetapi hal ini ia lakoni demi menyekolahkan adik bungsu kesayanggannya.
*
Kini hampir 4 tahun ibunya meninggalkan mereka tanpa kabar sedikitpun. Hingga suatu saat tiba cobaan yang palng berat datang menimpa keluarga Mega. Yaitu kakak kesayangan Mega meninggal dunia di usianya yang ke 19 tahun. Karena penyakit yang ia derita ia meninggal.
Kesedihan pun tak terbendung lagi, kini Mega harus berjuang sekuat tenaga selain ia harus menjadi tulang punggung keluarga ia juga merupakan harapan satu-satunya bagi nenek dan Tarlan untuk bisa menyambung hidup.
Dengan berbekal nekad, Mega memberanikan diri melamar pekerjaan ke pabrik-pabrik tekstil . dengan kemampuan seadanya ia meyakinkan walapun ia tidak memiliki ijazah seperti orang lain ia bisa bekerja seperti orang lain.
Penolakan demi penolakan ia dapatkan. Akan tetapi hal itu tidak membuat nyali Mega ciut. Akan tetapi dari penolakan demi penolakan itu ia jadikan pelajaran. Sehingga akhirnya ia dapat bekerja di pabrik dan bisa membantu perekonomian keluarganya.
Dengan bantuan Bapak Amin Mega dapat bekerja dipabrik. Walaupun upah borongan, Mega sangat senang setidaknya gaji yang ia dapatkan lebih besar ketimbang bantu bantu orang lain.
Untuk menambah penghasilan, setiap hari libur Mega selau melakukan pekerjaan seperti halnya dulu. Ia selalu membantu tetangganya yang butuh bantuannya. Setidaknya hal itu bisa menambah uang saku dan untuk jajan adiknya.

Neneknya masih tetap bekerja seperti biasa walaupun sudah dilarang oleh Mega. Tapi neneknya kekeh mau bekerja agar sedikitnya bisa membantu Mega. Dengan kondisi itu Mega tidak bisa berbuat apa-apa walaupun ia sudah melarangnya setiap hari tetapi tetap saja neneknya selalu pergi bekerja ke ladang.

*
Tepat 4 tahun sudah ibunya Mega meninggalkan keluarganya. Kini akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu tiba. Di bulan Ramadhan ini akhirnya Ibunya bisa menelepon kembali. Berkat Ibu Isah akhirnya ibu Eneng bisa menghubungi kembali keluarganya yang ada diindonesia.
Mendapat kabar tersebut Mega dan keluarga sangat bahagia. Akan tetapi di telepon Mega tidak member tahukan bahwa kakak perempuannya Ani meninggal karena ia takut ibunya kenapa-kenapa kalau dikasih kabar lewat telefon.
Akhirnya ibunya Mega pulang kekampung halaman. Disambut dengan suka duka oleh keluarga dan tetangganya. Bermacam pertanyaanpun bergulir kepada ibunya. Mulai dari mengapa ia tidak mengasih kabar dan lain-laiin. Akan tetapi ibu Eneng tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada tetanggganya karena telah menjaga Mega Tarlan dan ibunya selama ia tinggalkan.
Disaat suasana haru ibunya Mega baru sadar, ternyata anaknya kurang satu. Ia menayakan dimana anak perempuan yang ia sangat sayangi “ kemana Ani ?” Tanya ibu Eneng sembari nagis. “mahhh, maaf mmaaaaf” jawab mega terengah engah. “kemana Ani ?” Tanya ibu Mega lagi “ Ani sebenarnya sudah meninggal dari sua bulan yang lalu, maaf kemarin tidak ngasih kabar ditelefon “ jawab ibu eroh sembari nangis.
Mendengar kabar tersebut ibunya Mega langsung tak sadarkan diri. Hampir 1 jam ia tak sadarkan diri. Setelah sadar ia tak henti-hentinya menangis didepan makam putri tercintanya sembari meminta maaf.
Setelah dimakam, ibunya langsung bercerita selama ia di Arab dan kenapa ia tidak memberi kabar. Dengan rasa penyesalan yang teramat dalam akhirnya ibu Mega tidak pergi ke Arab lagi.  Keluarga Megapun mengerti alasan ibunya bisa berbuat demikian dan memberikan maaf kepada ibunda tercintanya.
Kini keluarga Megapun kumplit kembali. Dan mulai menjali hidup seperti biasanya. Mereka memulai dari nol lagi. Mengangggap semua kejadian yang ia alami itu tidak pernah ia alami. Ia terus melihat kedepan menyongsong kehidupan yang lebih indah dari biasanya.
Situasi sesulit apapun apabila dilakoni dengan ketabahan dan kerja keras sekiranya akan bisa dilalu dengan baik tak lupa rasa bersyukur sekecil apapun terhadap anugerah yang tuhan berikan , atas kisah hidupnya mega ini dapat kita simpulkan bahwa Mega tak pernah menyalahkan takdir. Sebaliknya mega merasa bersyukur kepada sang pencipta karena ia dapat kembali berkumpul dengan keluarga kecilnya. *
Profil Narasumber
Nama              : Mega
Pendidikan     : SD Kelas 4
TTL                 :  Bandung , 25 agustus 1994
Pekerjaan       :  Buruh

















Penulis : Asep Saepuloh  NIM : 1210405016  Jurusan/Semester/Kelas :Jurnalistik V/A

Related Post



Posting Komentar